KALENDER 2019
Jumat, 19 April 2019
Rabu, 17 April 2019
Vernier caliper vs welding gauge
Vernier caliper vs welding gauge
By :
Muhammad Irsyad Junaedi
Untuk mengukur dimensi las lasan pada dasarnya bisa
mengunakan vernier caliper namun tidak semua dimensi las dapat diukur
menggunakan vernier caliper seperti throat, undercut dsb. Oleh karena itu
muncul alat ukur yang dinamakan welding gauge.
Meski dapat digunakan untuk mengukur dimensi las lasan
seperti leg size dan weld reinforcement , vernier caliper memiliki keterbatasan yang mana tidak bisa
menjangkau dimensi dimensi yang dimaksud oleh drawing. Oleh karena itu diciptakan
lah apa yang dinamakan welding gauge. Welding
gauge adalah alat specific yang bisa digunakan untuk mengukur dimensi las lasan
dengan posisi yang sulit dijangkau seperti undercut, misalignment, excessive
penetration, throat, leg size, dan lain lain.
Pertanyaan nya apakah welding gauge bias dibuat sendiri ?.
jawabanya bisa, tapi apakah bisa dijamin kepresisian nya?. Belum tentu. Jadi bagaimana cara menjamin kepresisian nya
?. Untuk dapat menjamin kepresisian dari suatu alat ukur di perlukan suatu alat
ukur yang tingkat kepresisian nya diatas alat ukur yang dibuat yang dinamakan
kalibrator.
Dimana kita bisa mendapatkan kalibrator?. Pada umumnya
kalibrator tidak dijual secara bebas alias hanya manufacture alat ukur itu
sendiri yang memiliki kalibrator.
Saya pribadi pernah mencoba mendesign welding gaugemenggunakan
bantuan software catia, kemudian alat ukur itu di wujudkan dengan bantuan mesin
CMS. Hasilnya ? bisa dikatakan sesuai dengan yang saya harapkan tentunya. Tp
ketika akan di kalibrasi di metrology, mereka justru bertanya apakah ada
standar acuan nya?. Mungkin yang mereka maksud adalah kalibratornya. Kalo tidak
ada mereka tidak bisa menjamin kepresisian dari alat ukur tersebut apakah masih dalam batas toleransi. Tetapi
mereka hanya bisa menyajikan data actual hasil pengukuran menggunakan profile
projector.
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah pemilihan alat ukur
didasarkan kepada produk yang akan dibuat, apakah produk yang dibuat itu cukup
menggunakan alat ukur dasar seperti vernier caliper atau memerlukan alat ukur
khusus seperti welding gauge serta apakah barang yang dibuat itu memiliki
tingkat kepresisian yang tinggi sehingga harus di check menggunakan micrometer
(kepresisian 1/1000). Dan sejujurnya jika ada supplier yang dapat membuat alat
ukur, lebih baik kita membeli dari pada membuat untuk menghemat waktu, tenaga, material, mesin dsb.
Selasa, 16 April 2019
Tabel satuan dari inch ke mm
Konversi dari inch ke milimeter
By :
Muhammad Irsyad Junaedi
Tidak semua hapal nilai 5 inch itu berapa milimeter ? atau 17 milimeter itu berapa inch ?. sebenarnya bisa kita hitung secara matematis. 1 inch itu sama dengan 25.4 milimeter. Untuk mempermudah konversi dari inch ke milimeter ataupun sebaliknya, dibawah ini saya cantumkan tabel konversi dari inch ke milimeter, semoga bermanfaat :
Jumat, 12 April 2019
Visual inspection vs Non destructive testing (NDT)
Visual inspection vs Non destructive testing (NDT)
By :
Muhammad Irsyad Junaedi
Visual inspection merupakan metoda termurah dalam teknik inspeksi karena hanya mengandalkan naked eye dan magnifying glass dibawah 10x perbesaran. Hanya saja teknik ini memiliki keterbatasan, yaitu tidak bisa melihat cacat di dalam material dan cacat mikro di permukaan. oleh karena itu para engineer berupaya untuk menemukan teknik yang dapat mengcover kelemahan dari pada visual inspection. dan teknik pengujian itu dinamakan nondestructive testing (NDT).
Ndt adalah metode pengujian tidak merusak pada logam maupun non logam yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya cacat di permukaan atau dibawah permukaan dari suatu logam maupun non logam. Pengujian dari pada NDT ini terdiri dari banyak metode, namun yang paling umum digunakan di airliner maupun aircraft manufacturer untuk pengujian logam antara lain metode penetrant testing, magnetic particle inspection, x ray inspection dan ultrasonic inspection.
By the way, kedua profesi ini di dalam industri aviasi memiliki peran dan kontribusi yang sama sama penting karena berkaitan dengan cost dan tingkat ketelitian disamping itu siapa yang menjamin bahwa pesawat yang anda gunakan itu bebas dari crack dan cacat cacat lain nya. Seiring dengan berjalannya waktu, getaran yang berulang kemudian beban statis dan dinamis pada airframe pesawat, serta paparan panas yang tidak terkontrol dari dalam pesawat maupun lingkungan luar terhadap material akan mempengaruhi umur pakai dari pesawat itu sendiri. Oleh karena itu inspektor visual maupun NDT diperlukan untuk menilai dan memastikan apakah pesawat yang telah memiliki umur sekian ribu jam terbang masih layak untuk terbang.
Untuk menjadi seorang visual inspector maupun NDT inspector memerlukan jam terbang yang tidak sedikit, semakin banyak jam terbang maka skill, referensi dan intuisi dari inspector tersebut akan semakin tajam. Dititik itulah maka sewajarnya penghargaan yang diberikan sebanding dengan profesionalitasnya. Hotman paris hutapea mengatakan kepada salah seorang interviewer bahwa anak nya yang telah lulus dari law school london wajib magang atau bekerja di institusi international setelah lulus agar bisa mengasah skill dan menambah referensi. Menurutnya lulus saja dari sekolah hukum terbaik belum cukup untuk menjadi seseorang yang profesional. Perlu pengorbanan, waktu dan dedikasi tinggi terhadap profesi untuk menjadi seorang yang profesional.
Kamis, 04 April 2019
Welder license
Welder License
By:
Muhammad Irsyad Junaedi
Semua orang bisa mengelas, dengan
ketekunan dan pengetahuan dasar tentang pengelasan setiap orang bisa melakukan
proses pengelasan. Namun demikian hanya welder yang telah disertifikasi atau
memiliki lisensi lah yang boleh mengerjakan proses pengelasan pada pesawat
terbang. Mengapa demikian ?
Alasan nya cuman satu yaitu “kualitas”. Welder yang telah di
qualifikasi dan di sertifikasi berarti dijamin dan diharapkan akan memberikan hasil pengelasan
yang baik. Ujian welder itu sendiri didasarkan pada jenis material, ketebalan material dan posisi pengealasan ( 1G, 2G, 3G, 4G, 5G
dan 6G serta 1F, 2F, 3F, 4F, 5F). Welder yang hanya memiliki sertifikasi dengan
posisi 1 G/ 1F tidak boleh mengelas dengan posisi diatasnya, sedangkan welder
yang memiliki sertifikasi 6G/5F boleh mengelas ke posisi dibawah nya. Begitupun
dengan ketebalan material yang akan di las, welder yang memiliki kualifikasi
ketebalan material minimum maksimum 0.023 inch samapai 0.140 inch tidak boleh mengelas di bawah range ketebalan
tsb maupun diatas range ketebalan tsb.
Lisensi dari welder itu sendiri
memiliki batas waktu maksimal 2 tahun. Setelah itu boleh di perpanjang dengan
catatan welder yang bersangkutan harus memberikan bukti (log book) bahwa selama
rentang waktu 2 tahun welder yang bersangkutan selalu mengerjakan part welding.
Demikian sebaliknya, welder yang tidak mengelas dalam kurun waktu selama 3
bulan berturut turut maka lisensi nya akan di cabut. Ujian welder mengunakan referensi AWS D17.1
Berikut adalah contoh dari lisensi
yang dimaksud :
Material :
Steel Material :
stainless steel
Nama welder : P Nama welder : P
No licen se : 1044 No license : 1046
Expired date : 18-01-2021 Expired date : 18-01-2021
Material :
Steel Material :
Stainless steel
Nama welder : T Nama welder : T
No licen se :
1045 No license :
1047
Expired date :
18-01-2021 Expired date : 18-01-2021
Material : Almunium Material : Titanium
Nama welder : P Nama welder : P
No licen se : 1048 No license : 1036
Expired date : 17-02-2021 Expired date : 25-09-2019
Material : Alumunium Material : Titanium
Nama welder : T Nama welder : T
No licen se : 1049 No
license : 1043
Expired date : 17-02-2021 Expired date : 25-09-2019
Rabu, 03 April 2019
Welding Acceptence Criteria
Welding Acceptance Criteria
By :
Muhammad Irsyad Junaedi
Pengelasan merupakan salah satu
proses yang pasti menimbulkan cacat, bahkan dengan tidak adanya cacat yang
terlihat sekalipun barang yang di las merupakan barang yang cacat. Mengapa
demikian ? ini karena perubahan struktur yang terjadi di area las maupun base
material sudah merupakan suatu kecacatan. Karena menyadari bahwa cacat dalam
proses las adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari maka disusunlah berbagai
macam batasan cacat yang biasa kita
namakan criteria penerimaan cacat las atau welding acceptance criteria.
Spot Welding Acceptance Requirement
By :
Muhammad Irsyad Junaedi
Sebelum nya telah dibahas
mengenai spot welding pada komponen pesawat terbang. Di tulisan kali ini saya
akan membahas mengenai kriteria penerimaan dari proses spot welding itu
sendiri. Pada dasarnya proses pemeriksaan dari hasil spot welding itu sendiri
menggunakan sistem sampling. Ini artinya dari sekian banyak titik yang di spot,
cukup diambil 3 sampai 10 sampel spot yang nanti nya akan dinilai dan dibandingkan dengan acuan standard. Hasil dari pengujian sample mewakili keseluruhan titik yang di spot. Jika 3 sample tersebut hasil nya
bagus maka keseluruhan dari titik yang di spot tersebut dianggap bagus, begitu
pun sebalik nya.
Pengujian sample yang di spot
didasarkan pada diameter nugget yang terukur, Standar deviasi, nilai penetrasi
minimum dan maksimum, ada tidak nya cacat di dalam “nugget”, serta nila uji
tarik minimum dan rata rata rata nya. Standar deviasi diperoleh dari nilai
shear strength maximum dikurangi minimum dibagi dengan rata rata nilai shear
strength. Diameter nugget diukur dari sisi terpanjang dari bentuk nugget yang
di komparasikan dengan standar tertentu. Untuk standar deviasi di tetapkan
maksimum 0.35, ini artinya apabila standar deviasi nya diatas nilai tersebut
bisa dipastikan kekuatan dari spot tersebut tidak seragam satu sama lain.
Semakin mendekati angka 0 maka keseluruhan spot semakin seragam dalam hal nilai
kekuatan tarik nya.
Untuk penetrasi dari pada spot,
ditentukan minimum 20 % dan maksimum 80 %, perhitungan nilai penetrasi diambil
dari ketebalan tertipis dari pada material yang di spot. Apabila minimum penetrasi dibawah 20 % maka besar kemungkinan sambungan joint tidak akan nempel. Semakin bentuk nugget
mendekati persegi panjang maka penetrasi dipastikan hampir mencapai 50%.
Untuk cacat las di dalam nugget
mungkin akan saya bahas secara khusus di dalam artikel lain. Berikut dibawah
ini adalah contoh dari pada nilai pembanding untuk proses spot welding :
Ketebalan tertipis dari material
(satuan mm)
|
Minimum spot diameter
(diukur dari nugget)
|
0.50
|
2.54
|
0.65
|
3.05
|
0.80
|
3.56
|
1.00
|
4.06
|
1.42
|
4.82
|
1.60
|
5.08
|
2.03
|
5.71
|
Minimum
spot diameter
Minimum
penetrasi pada ketebalan material yang sama
Filler Material Selection
By:
Muhammad Irsyad Junaedi
Filler material adalah logam
tambah yang di gunakan sebagai bahan pengisi pada proses pengelasan. Filler
material ini memiliki mechanical properties yang berbeda beda tergantung dari
peruntukan nya. Ada yang tahan terhadap resiko crack ada juga yang dibuat untuk
dapat menghasilkan visual dari rigi rigi las yang berkilau. Kesalahan memilih
filler material ketika proses pengelasan akan berakibat fatal terhadap
durability dan kekuatan dari sambungan yang di las.
Berikut dibawah ini adalah contoh
jenis jenis filler material yang umum digunakan :
Welding dimensional tolerance
Welding dimensional tolerance
By:
Muhammad Irsyad Junaedi
Dalam proses pengelasan di industri manufaktur, disamping
kualitas hasil las yang baik dimensi total dari keseluruhan produk pun menjadi
hal yang utama. Hal ini dikarenakan dimensi total dari produk yang dibuat adalah tujuan dari dibuatnya produk tersebut . Apabila kualitas las baik namun bentuk dan dimensi dari pada produk tersebut tidak sesuai dengan drawing maka
bisa dipastikan produk tersebut tidak bisa match dengan komponen/pasangan nya. Ini
artinya pekerjaan las menjadi sia sia.
Tidak ada manusia yang sempurna, begitupun dengan produk.
Karena disadari bahwa tidak ada produk yang sempurna maka dibuatlah ukuran
toleransi. Suatu ukuran toleransi dibuat berdasarkan tingkat kepresisian dan fungsi dari
produk yang nanti akan digunakan. Toleransi sendiri terdiri dari toleransi longgar
sampai ketat.
Untuk proses welding manufaktur, toleransi nya terbilang
longgar dibandingkan proses sheet metal, machining dan jig boring. Berikut
dibawah ini adalah contoh dari toleransi yang diberikan untuk suatu panjang
tertentu :
0-30 mm
|
30-315 mm
|
315-1000 mm
|
1000-2000 mm
|
2000-4000 mm
|
4000-8000 mm
|
8000-12000 mm
|
12000-16000 mm
|
16000-20000 mm
|
Diatas 20000 mm
|
+/- 0.4 mm
|
+/- 1 mm
|
+/- 2 mm
|
+/- 3 mm
|
+/- 4 mm
|
+/- 5 mm
|
+/- 6 mm
|
+/- 7 mm
|
+/- 8 mm
|
+/- 9 mm
|
Adapun untuk toleransi sudut, untuk panjang material dari 0
sampai 315 mm maka toleransi yang di berikan adalah 45 menit, panjang material
dari 315 sampai 1000 mm diberikan toleransi 30 menit. Dari dua jenis toleransi
yang diberikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk toleransi panjang,
semakin panjang suatu barang yang di las maka toleransi yang diberikan semakin
besar. Sedangkan untuk toleransi sudut, semakin panjang barang yang di las maka semakin kecil
toleransi sudut yang diberikan.
Langganan:
Postingan (Atom)